Hutan kami tak lagi sunyi. Tanah adat kami terlanggari. Gundul tanpa reboisasi. Dirampas tanpa kompromi, tanpa kompensasi. Awalnya sih sejengkal. Habis itu berjuta-juta hektar. Sedang pemerintah tutup mata berjamaah. Masa bodo sajalah. Hutan dibakar, jawabnya bencana alam. Banjir merendam, katanya kehendak Tuhan. Bentrok dengan pendatang, tuduhnya orang asli masih barbar. Sedang di media, mereka koar-koar tentang pembangunan yang sudah, telah, hampir rata, yang sekarang entah, sudah, sampai mana.